
Zaman sekarang, dunia perkulineran makin rame. Di satu sisi, kue tradisional makin gencar dipromosikan karena nilai budayanya. Di sisi lain, kue kekinian terus ngegas dengan tampilan Instagramable dan rasa yang out of the box. Tapi, sebenarnya kue tradisional vs kue kekinian itu yang lebih dicintai Gen Z yang mana? Apakah anak zaman now lebih milih cenil atau mille crepe? Ayo kita bahas tuntas!
1. Visual: Warna-warni Budaya vs Estetik Modern
Kue Tradisional:
- Biasanya bentuknya sederhana, warna cerah dari bahan alami.
- Contoh: Klepon, kue lapis, nagasari, lemper.
- Gak selalu estetik secara visual, tapi punya nilai nostalgia tinggi.
Kue Kekinian:
- Full styling. Dari packaging sampe plating semua dipikirin.
- Dominasi warna pastel, marble, glossy finish.
- Contoh: Burnt cheesecake, dessert box, croffle.
Siapa Menang?
Di era visual dan feed IG, kue kekinian jelas unggul. Tapi buat Gen Z yang doyan “throwback vibes”, kue tradisional tetap punya tempat.
2. Rasa: Autentik vs Eksperimen
Kue Tradisional:
- Rasa khas daerah, sering didominasi oleh kelapa, gula merah, atau tape.
- Biasa disajikan hangat, legit, dan manis alami.
Kue Kekinian:
- Rasa lebih variatif: red velvet, matcha, lotus biscoff, oreo cream.
- Penuh kejutan: ada yang pakai cheese lava, popping boba, bahkan sambal!
Siapa Menang?
Kue kekinian menang di inovasi, tapi kue tradisional punya cita rasa yang lebih dalam dan “dekat hati” buat sebagian orang.
3. Popularitas di Sosial Media
Aspek | Kue Tradisional | Kue Kekinian |
---|---|---|
Feed Instagram | Jarang tampil, tapi naik kalau ada challenge nostalgia | Sering muncul dengan estetika tinggi |
TikTok Trend | Mulai naik lewat food content edukatif | Viral banget dan banyak diremake |
Hashtag Power | #JajananPasar | #DessertBox, #KueViral |
Kue kekinian jelas lebih mendominasi timeline Gen Z, tapi kue tradisional punya potensi comeback lewat konten kreatif.
4. Harga dan Aksesibilitas
Kue Tradisional:
- Harga mulai dari Rp 1.000–Rp 5.000 per biji.
- Bisa ditemui di pasar pagi atau warung lokal.
Kue Kekinian:
- Harga bisa mulai dari Rp 15.000–Rp 100.000.
- Lebih banyak dijual online atau kafe modern.
Gen Z yang budget ketat cenderung pilih jajanan pasar, tapi kalau lagi payday atau pengen treat diri, mereka gak ragu jajan kue kekinian.
5. Value dan Gaya Hidup
- Kue Tradisional: Cocok buat Gen Z yang cinta heritage, lokal pride, dan nostalgia. Biasanya dikonsumsi di momen keluarga atau acara adat.
- Kue Kekinian: Pas banget buat Gen Z yang suka eksplor rasa baru, visual kontenable, dan gaya hidup serba digital.
6. Inovasi: Perpaduan Keduanya? Why Not!
Sekarang mulai banyak bakery atau UMKM yang berinovasi:
- Klepon cake
- Lapis legit tiramisu
- Donat tape topping kekinian
- Onde-onde cokelat lumer
Perpaduan kue tradisional dan modern ini bisa jadi jawaban buat Gen Z yang pengen dapat dua-duanya: rasa yang familiar dan tampilan kekinian.
Kesimpulan
Kalau ditanya kue tradisional vs kue kekinian, jawabannya bukan soal siapa menang, tapi soal selera dan momen. Gen Z itu fleksibel: mereka bisa nostalgia lewat kue tradisional saat kumpul keluarga, tapi juga nggak ragu coba croissant dengan isian absurd pas nongkrong. Kuncinya? Kue yang relate sama gaya hidup mereka, entah dari rasa, bentuk, atau pengalaman makannya.