
Cinta itu katanya bisa mengalahkan segalanya. Tapi gimana kalau cinta lo harus “berduel” sama adat, budaya, dan kebiasaan yang gak pernah lo kenal sebelumnya? Yep, ini sering terjadi pas lo mulai serius sama seseorang dan ketemu yang namanya tradisi keluarga pasangan yang super beda sama yang lo jalani seumur hidup.
Gak jarang lo ngerasa kayak alien di tengah-tengah keluarga besar pasangan. Dari cara makan, cara berpakaian, cara ngomong, sampai cara ibadah—semuanya bisa terasa asing. Belum lagi kalau udah masuk tradisi tertentu yang sakral banget, lo bisa serasa aktor cadangan yang gak dikasih skrip.
Tapi bukan berarti lo harus kabur. Lo bisa kok adaptasi tanpa harus kehilangan identitas lo sendiri. Ini dia cara smart dan dewasa untuk menghadapi perbedaan budaya dalam hubungan.
1. Sadari Dulu Kalau Semua Keluarga Punya Tradisinya Masing-Masing
Sebelum lo panik, tarik napas dulu. Ingat, setiap keluarga tuh punya “budaya internal” sendiri. Bahkan keluarga tetangga yang cuma beda gang pun bisa punya cara hidup yang beda banget.
Jadi wajar banget kalau lo kaget saat liat tradisi keluarga pasangan yang gak sama kayak di rumah lo. Bukan berarti mereka aneh, dan bukan berarti lo salah lahir. Ini soal perbedaan pola asuh dan nilai.
2. Bedakan Antara Tradisi Budaya vs Kebiasaan Pribadi
Gak semua yang lo lihat itu “adat”. Kadang yang lo anggap tradisi besar, ternyata cuma kebiasaan kecil yang jadi turun-temurun.
Contoh:
- Di keluarganya wajib makan bareng tiap malam = kebiasaan
- Di keluarganya gak boleh keluar malam Jumat = bisa jadi budaya
Dengan ngebedain itu, lo bisa tahu mana yang harus lo hormati banget, dan mana yang bisa dinego atau disesuaikan.
3. Jangan Langsung Menolak, Coba Dengerin Dulu
Refleks pertama kita pas liat hal asing biasanya adalah: “Ih, kok gitu sih?” Tapi jangan buru-buru judge. Coba dengerin dulu penjelasannya.
Tanya:
- “Itu maksudnya apa ya?”
- “Kenapa sih harus begitu?”
- “Apa artinya buat keluarga kamu?”
Dengan nanya kayak gitu, lo bukan cuma nunjukin respect, tapi juga ngasih sinyal kalau lo open-minded soal tradisi keluarga pasangan.
4. Validasi Diri Sendiri: Lo Gak Aneh Kalau Bingung
Lo gak salah karena merasa gak nyaman. Lo juga gak “gagal jadi calon istri/suami ideal” cuma karena belum ngerti semua adat mereka.
Adaptasi itu proses. Jadi kasih waktu ke diri sendiri buat belajar, memahami, dan menyesuaikan.
5. Komunikasiin Sama Pasangan Tanpa Nyinyir
Kalau ada yang bikin lo gak nyaman, jangan dipendam. Tapi sampaikan dengan gaya yang gak menyerang. Jangan bilang:
- “Keluarga kamu ribet banget sih.”
- “Gue gak sudi ikut yang begituan.”
Tapi coba:
- “Aku agak kaget sih awalnya, soalnya di keluarga aku gak biasa kayak gitu.”
- “Menurut kamu, bisa gak kita pelan-pelan adaptasi bareng?”
Cara hadapi perbedaan keluarga itu bukan dengan bentak, tapi dengan ngobrol.
6. Pelajari Dulu Sebelum Ketemu Langsung
Lo bisa cari tahu soal budaya mereka dari:
- Pasangan lo
- Internet
- Tanya ke orang yang berasal dari latar belakang sama
Biar saat ketemu langsung, lo gak buta sama sekali. Bahkan lo bisa impress mereka karena lo udah niat banget belajar soal tradisi keluarga pasangan.
7. Tunjukin Niat Baik, Biarpun Gak Langsung Bisa
Gak semua orang bisa langsung jago adaptasi. Tapi kalau lo nunjukin usaha, itu bakal dinilai.
Contoh:
- Lo belum bisa ikut ritual penuh? Gak apa, tapi lo dateng dan support.
- Lo gak ngerti makanan khas mereka? Coba dikit, kasih pujian.
Niat lo lebih penting daripada kesempurnaan.
8. Minta Waktu dan Ruang Kalau Butuh
Kalau ada tradisi yang terlalu berat, lo boleh minta waktu.
Bilang:
- “Boleh gak aku ikut bagian ini dulu, yang lain nanti nyusul?”
- “Aku masih adaptasi, pelan-pelan ya.”
Gak semua harus langsung cocok di awal. Jangan paksa diri kalau mental lo belum siap.
9. Jangan Jadikan Ini Kompetisi dengan Keluarga Sendiri
Hindari ngomong:
- “Di rumah aku lebih simpel.”
- “Kalau di keluarga aku, kita gak ribet kayak gini.”
Itu bikin lo kelihatan gak menghargai. Ingat, perbedaan budaya dalam hubungan bukan buat dibandingin, tapi buat saling dilengkapi.
10. Jangan Ubah Diri Total Hanya Demi Diterima
Adaptasi bukan berarti berubah 180 derajat sampai lo gak kenal diri lo sendiri. Tetap jadi lo, dengan sentuhan baru yang lebih fleksibel.
Kalau ada nilai yang bertentangan banget sama prinsip lo, bicarakan. Jangan pura-pura setuju demi diterima, nanti lo capek sendiri.
11. Libatkan Pasangan Sebagai Jembatan Budaya
Pasangan lo punya peran vital. Mereka yang bisa bantu jembatani lo ke keluarganya.
Minta dia:
- Bantu jelasin ke keluarganya kalau lo masih adaptasi
- Dampingi lo saat ada acara budaya
- Bantu ngasih konteks biar lo gak salah langkah
Tradisi keluarga pasangan akan terasa lebih ringan kalau pasangan lo jadi sekutu, bukan penonton.
12. Siapkan Mental Kalau Ada Penolakan atau Kritik
Gak semua keluarga langsung welcome sama yang “berbeda”. Mungkin lo dikritik soal baju, makanan, cara bicara, bahkan cara sholat.
Kalau itu terjadi, tarik napas. Jangan lawan dengan amarah. Lawan dengan kejelasan:
- “Saya beda, tapi saya niat belajar.”
- “Mohon maaf kalau belum sesuai, saya masih proses menyesuaikan diri.”
Lo bukan robot. Lo manusia yang lagi belajar.
13. Pilih Tradisi Mana yang Bisa Lo Ikuti, dan Mana yang Tidak
Gak semua hal wajib diikuti. Pilih:
- Mana yang nilai sosialnya tinggi (kayak adat pernikahan)
- Mana yang simbolik aja (kayak makanan, baju adat)
Diskusi dengan pasangan buat tahu mana yang fleksibel dan mana yang penting banget buat mereka.
14. Gak Semua Harus Dipaksakan Cocok
Setelah usaha keras, bisa jadi lo tetap gak klik sama semua tradisi mereka. Gak apa-apa. Bukan berarti lo gagal. Tapi lo udah coba.
Yang penting adalah lo tetap hormat. Gak menyindir. Gak menolak mentah-mentah. Dan tetap jaga relasi.
15. Ingat, Ini Proses Jangka Panjang
Pernikahan itu maraton, bukan sprint. Jadi lo gak harus langsung klik dengan semua tradisi keluarga pasangan dalam sebulan pertama.
Lo punya waktu seumur hidup buat mengenal, belajar, dan menemukan ritme baru.
FAQ: Tradisi Keluarga Pasangan yang Berbeda
1. Apakah wajib ikut semua tradisi keluarga pasangan?
Gak semua. Tapi tunjukkan bahwa lo menghormati dan berusaha menyesuaikan, selama itu gak bertentangan dengan prinsip hidup lo.
2. Gimana kalau tradisi itu bertentangan dengan agama atau keyakinan gue?
Diskusikan dengan pasangan. Kalau terlalu ekstrem, mungkin perlu bantuan pihak ketiga (tokoh agama, mediator keluarga).
3. Apa gue salah kalau ngerasa gak nyaman?
Enggak. Perasaan itu valid. Tapi lo perlu belajar gimana cara mengelola rasa gak nyaman itu tanpa merusak hubungan.
4. Gimana kalau keluarga pasangan menuntut terlalu banyak?
Pasangan lo harus ikut bantu. Jangan semua beban dibebankan ke lo. Bicarakan dengan tegas tapi sopan.
5. Apa gue harus berusaha suka semua hal yang mereka lakukan?
Enggak. Tapi hargai. Lo gak wajib suka, tapi wajib menghormati.
6. Gimana cara tahu mana yang tradisi penting dan mana yang fleksibel?
Tanya ke pasangan. Biasanya mereka tahu mana yang prinsip, dan mana yang bisa disesuaikan.
Penutup
Tradisi keluarga pasangan bisa terasa membingungkan, asing, bahkan bikin lo ngerasa “bukan bagian dari mereka.” Tapi itu bukan sinyal buat mundur. Justru di sinilah lo belajar gimana cinta itu gak cukup cuma bikin lo senyum-senyum, tapi juga bikin lo belajar jadi versi yang lebih luas, lebih terbuka, dan lebih dewasa.
Adaptasi itu butuh waktu, sabar, dan komunikasi. Tapi selama lo tetap jadi diri sendiri, dan pasangan lo jadi tim yang baik, lo bisa menjembatani dua budaya dengan anggun dan elegan.